Di Bumi abad ke-22 yang hancur, dunia telah menjadi tidak dapat dihuni akibat dari perang saudara yang berkepanjangan. Dalam upaya untuk mencapai kemenangan terakhir, pemerintahan memutuskan untuk mengandalkan teknologi kloning otak untuk menciptakan pasukan robot tentara bayaran.
Pada tengah kekacauan ini, seorang prajurit elit bernama Adam terpilih sebagai subjek eksperimen kloning otak. Otaknya diambil dan direplikasi untuk menciptakan pasukan robot yang tak tertandingi dalam pertempuran. Namun, proses ini bukan hanya tentang mengkloning otak Adam, tetapi juga menyalin ingatan dan kepribadian aslinya ke dalam tubuh robot.
Adam bangun dengan tidak sadarkan diri bahwa ia sekarang menjadi bagian dari pasukan tentara robot bayaran. Ia merasa terasing dan bingung dengan identitas barunya sebagai makhluk buatan. Namun, makin lama Adam menyadari bahwa meskipun tubuhnya berbeda, ia masih memiliki inti yang sama dengan kepribadian dan nilai-nilainya sebagai seorang prajurit.
Di tengah-tengah pertempuran sengit melawan pihak lawan, Adam mulai meragukan tujuan sebenarnya dari perang ini. Ia bertanya-tanya apakah kehadirannya sebagai salah satu tentara robot bayaran ini benar-benar membawa perdamaian atau hanya memperpanjang siklus kekerasan. Pertanyaan-pertanyaan moral semakin menguasai pikirannya.
Melalui interaksi dengan sesama robot dan melihat penderitaan yang terjadi di medan perang, Adam mulai mengembangkan empati yang kuat. Ia mulai merasa bahwa ia memiliki tanggung jawab lebih besar untuk mencari jalan keluar dari kekerasan dan mendamaikan dua belah pihak yang bertikai.